Mereka
memberikan ilmu kepada kita agar kita menjadi seorang yang berilmu. Bukankah
kita memang disuruh untuk mencari ilmu? Tuntutlah
ilmu dari buaian hingga ke liang lahat. Carilah
ilmu setinggi-tingginya. Mereka menjelaskan apa yang mereka ketahui agar
kita mengetahui. Mereka dengan sabar menjelaskan, terkadang memaksa –secara halus-
agar kita memerhatikan, agar kita mendapatkan hak kita. Mereka maklum melihat
kelabilan kita di masa remaja. Mereka rela menunggu hingga kita siap untuk belajar. Mereka
tetap menjawab keingintahuan kita, pertanyaan kita –yang terkadang konyol-
walaupun kita justru lebih sering tidak memerhatikan mereka. Kita justru sering
memerintah mereka, mengatur mereka – terkadang, karena terlalu
baik, mereka menuruti kemauan kita. Wajar bila mereka marah apabila kita
mengeluh, lelah, mengabaikan, mengobrol di saat mereka sedang menerangkan. Coba
saja dibandingkan dengan berapa banyak ilmu yang telah diberikan mereka kepada
kita.
Tidak
bisakah kita –dalam konteks ini saya mengajak diri saya sendiri dan
teman-teman- yang pernah merasa berlaku tidak pantas kepada mereka untuk menghormati mereka. Bagaimanapun juga mereka tetap seorang
manusia yang tidak sempurna, namun mereka berusaha. Mereka berusaha melakukan kewajiban mereka dan
memberikan hak yang memang harus kita dapatkan.
Seperti
julukan mulia nan suci yang disandangkan kepada mereka ‘pahlawan tanpa tanda
jasa’. Niat mereka sungguh sederhana. Mulia.
Ikhlas. Ingin melihat kita berhasil di masa depan. Ingin melihat kita menjadi sang pemimpin yang kelak membuat negara ini lebih
maju. Namun, bisakah kita mengerti kesederhanaan itu?
Mereka mengantarkanmu menuju masa depan yang cerah! :)
20 Mei 2012 pukul 06.29
Guru pahlawan tanpa tanda jasa (˘̩̩̩^˘̩̩̩) ,